Yang diupayakan Pemerintah Kota Manado untuk para lansia tak sekadar menyantuni mereka dengan bantuan tunai. Di balik itu, warga lanjut usia bisa merayakan hakikat kebahagiaan di tengah hidup bersama anak-cucu.
Tak ada yang paling membahagiakan bagi Vonny Wowor selain melihat senyuman cucu-cucunya. Perempuan berumur 65 tahun itu baru saja pulang dari Pasar Tuminting dengan 2 bungkusan plastik besar yang isinya macam-macam. “Oma ada kukis (kue)?” sambut William, cucunya berumur 4 tahun, saat sang oma masih di depan pintu. Sekejap satu kotak biskuit dikeluarkannya dari isi belanjaan. “Berbage akang pa ade neh (bagikan juga ke adikmu ya),” kata Vonny. Si bocah mengiyakan, sembari tertawa riang.
Pagi sebelumnya, Vonny buru-buru ke BRI terdekat. Kepala lingkungan telah memberitahu dia bisa melakukan pencairan dana untuk lansia, sebuah program bantuan yang diinisiasi Pemkot Manado. Nilai bantuan itu Rp 250.000 dikali 3 bulan. Artinya Vonny bersama ribuan Lansia Manado yang terdata sebagai penerima, hari itu menerima uang sejumlah Rp 750.000.
“Kalau ditanya apakah cukup untuk memenuhi semua kebutuhan, sudah pasti tidak. Tapi juga paling tidak sudah sangat membantu dan bisa bikin cucu saya senang,” kata warga di Kecamatan Tuminting, menceritakan pengalamannya baru-baru ini.
Dana tersebut langsung digunakannya untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Mulai dari bumbu dapur, beras, sabun mandi dan odol, pulsa listrik hingga kue untuk cucu-cucunya. “Juga saya sisihkan untuk persembahan ibadah,” ujarnya menyentil kewajiban selaku warga gereja.
Inna Assa (67), warga Winangun 2 Kecamatan Malalayang, mengaku manfaat dana lansia bisa bermacam-macam. Yang paling utama, apalagi kalau bukan untuk membahagiakan cucu-cucunya. “Saya ajak jalan-jalan, belikan apa yang mereka suka, asal jangan yang mahal-mahal,” kata Inna sambil tersenyum.
Kebutuhan lauk-pauk di rumah bisa terpenuhi beberapa hari berkat adanya dana yang dia terima. Bahkan Evie Ibrahim (61) lansia lainnya tetangga Inna mengaku, ada juga sisa anggaran yang masih bisa disimpannya bila tak habis terpakai belanja. “Saya catat semua kebutuhan makan-minum agar teratur pengeluarannya, sisanya disimpan. Jangan sampai sehari dua hari dana itu habis,” cetus Evie.
Layanan untuk para lansia adalah satu dari 8 Program Cerdas (Prodas) yang digawangi Pemkot Manado sejak 2015. Tahun ini pencairannya agak terlambat, sebab menurut Walikota GS Vicky Lumentut, anggaran daerah sempat dialihkan pada fokus penanggulangan pandemi Covid-19. Lewat bantuan tersebut, Pemkot Manado berniat mendorong derajat hidup para lansia. Fokusnya tak sebatas pada pembiayaan, tapi juga kesehatan, pemberdayaan hingga ruang ekspresi.
Kerangka layanan ini sejatinya bertumpu pada sisi kemanusiaan. Artinya, Pemkot Manado mengupayakan agar para lanjut usia memiliki kualitas hidup karena tak tergantung pada orang lain. Layanan bagi lansia termasuk hal krusial bila berkaca pada data Badan Pusat Statistik tahun 2020, populasi lansia di Indonesia mencapai 25,64 juta jiwa atau 9,6 persen dari total jumlah penduduk. Angka lainnya bersumber Data Terpadu Kesejahteraan Sosial milik Kementerian Sosial tahun 2019, menunjuk sebanyak 12,6 juta lansia masuk kelompok rentan dan miskin. Sementara 1,9 juta lansia Indonesia hidup di luar keluarganya, di mana angka itu termasuk pula yang ada di Kota Manado.
Sepanjang 3 tahun terakhir, penerima bantuan dana lansia di Manado terus bertambah. Pada 2018 dana mulai dikucurkan bagi 10.000 penerima. Tahun selanjutnya penerima bertambah hingga 33 ribu jiwa. Sedangkan tahun ini, saat masyarakat berada di masa pandemi, pemerintah kota mengucurkan dana tersebut bagi 38.702 penerima.
Seiring dengan itu, besaran dana lansia dalam mata anggaran juga meningkat signifikan. Bila pada 2018 mulai tertata di senilai Rp 2,5 miliar, tahun selanjutnya anggaran terealisasi mencapai Rp 36 miliar. Terakhir pada 2020 ini sudah 1 kali Pemkot Manado mendistribusikannya sebesar Rp 16.505.500.000.
Pemkot Manado juga memadukan layanan berbasis residensial dan kesehatan pada rencana pembukaan pos pelayanan program terpadu di setiap kecamatan. Namanya “Sabuah Lansia”. Lewat pos tersebut pemerintah menyediakan pelayanan kesehatan hingga ruang untuk individu berusia lanjut agar bisa berekspresi. Program ini menyasar kualitas hidup lansia dari segi fisik dan psikologis.
Sekretaris Kota Micler Lakat sempat menjelaskan pada 2018, upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar mereka tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan dan pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.
Dia menyatakan semasa masih menjabat Asisten I, pemberdayaan itu dimaksudkan agar lansia tetap melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. “Pemberdayaan ditujukan pada lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial melalui upaya peningkatan kesejahteraan sosial,” jelas Lakat.
Bagi Bram Pattimahu (66), layanan untuk Lansia tersebut memperlihatkan komitmen pemerintah kota pada peningkatan kualitas hidup teman-teman sebayanya. Lewat bantuan tunai yang telah mereka terima, lansia memiliki arti penting di tengah keluarga. Di masa lanjut usia mereka berpartisipasi pada pengasuhan anak, atau dalam hal ini cucu. Pada kesempatan yang sama lansia juga berkontribusi pada perekenomian keluarganya karena hidup dengan tiga generasi.
“Karena memang tak semua lansia itu adalah pensiunan, artinya masih memiliki penghasilan tetap. Banyak juga teman-teman seusia saya yang tak punya pekerjaan dan cukup terbantu dengan dana ini. Mereka merasa dihargai,” kata warga Winangun 2 Lingkungan 4 ini, penuh makna.
Harapan dia, Pemkot Manado mempercepat operasional rumah sakit umum daerah, dengan harapan di situ ada layanan kesehatan yang ramah untuk lansia. Dengan begitu, kata dia hak lansia atas pelayanan kesehatan akan semakin maksimal dengan akses yang terbuka luas. (*)