Manadotempo Tomohon
Ibadah Natal Wartawan Biro Tomohon yang diprakarsai Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tomohon, terkesan diboikot salah satu oknum pejabat di lingkungan Sekretariat Daerah Kota (Setdakot) Tomohon.
Permintaan bantuan akomodasi yang dimasukkan panitia pelaksana. Tak digubris Kabag Umum Setdakot Tomohon Semuel Roeroe SSTP. Meski telah mengantongi restu Wali Kota Caroll Senduk SH dan Sekretaris Kota (Sekkot) Edwin Roring SE ME.
“Ini bukan soal besar-kecil bantuan penyediaan akomodasi, tapi sinergitas yang baik selama ini terjalin. Bersama kepemimpinan Pemkot Tomohon, di bawah kepemimpinan Caroll-Wenny. Harus dibuat leceh oleh salah satu pejabat. Toh, permintaan kami untuk akomodasi sudah sepengetahuan pimpinan. Jika seperti ini, sama artinya dia memboikot kegiatan wartawan di Kota Tomohon. Padahal Pak Wali dan Wawali hadir di kegiatan,” Kata Wakil Ketua PWI Tomohon Yongkie Sumual yang tidak lain adalah ketua panitia natal Bersama Wartawan Biro Tomohon.
Dari dulu hubungan para jurnalis dengan eksekutif. Selalu harmonis dan tak pernah mengalami hambatan seperti ini. Atasnya, Sumual mendesak kepada kepala daerah, agar mengevaluasi jabatan yang disandang di emban kabag umum.
“Dia tidak cocok jadi pejabat, kurang menterjemahkan petunjuk pimpinan. Copot saja lebih bagus! Jangan pertahankan figur yang tak bisa bekerja sama. Toh ini juga kegiatan bertajuk religi,” tambah Sumual dengan nada keras.
Di lain tempat, Wakil Wali Kota Tomohon Wenny Lumentut SE berjanji akan memberikan teguran kepada pejabat dimaksud. Hal-hal yang harusnya bisa diselesaikan, tanpa perlu terjadi polemik seperti ini. Seyogyanya bisa diantisipasi oleh Kabag Umum Setdakot Tomohon.
“Panitia sudah informasikan, malahan tempat kegiatan saya arahkan ke Terung Kabasaran saja. Biar tak perlu lagi, panitia mengeluarkan dana untuk sewa gedung. Pastinya akan menjadi catatan saya,” tegas Wenny Lumentut.
Suara kritik pun dilontarkan Ketua PWI Kota Tomohon John Paransi. ciri pejabat seperti itu sangat tak layak untuk menunjang kinerja CS WL ke depan.
“Untuk masalah seperti ini saja harus menunggu pimpinan yang menghubunginya, apalagi soal masalah yang lain. Baru ini saya melihat atasan tertinggi harus menghubungi bawahan soal masalah sepele,” kata Paransi. (Oby)