.
Berbagai pertanyaan mengemukan dalam pembahasan yang menghadirkan Kepala Biro Hukum, Perwakilan Lingkungan Hidup, Kadis PU ,.PLN dan tenaga ahli.
Anggota Komisi 3 Boy Tumiwa dalam pembahasan ini menyoroti soal alasan klasik pemadaman listrik baik.debit air sungai sedikit atau pohon roboh.
“Tiap kali ada gangguan atau pemadaman listrik ada dua alasan yang bertahun-tahun disampaikan PLN kepada masyarakat. Pertama, debit air tanggari turun atau berkurang, dan yang kedua adalah pohon rubuh. Apakah PLN tidak punya visi untuk perbaiki jaringan listrik? Karena sudah berpuluh tahun alasannya pasti dua hal ini,” tanya dia.
Politisi PDIP itu mengharapkan PLN memanfaatkan teknologi. Misalnya dengan membangun jaringan listrik di bawah tanah.
“Jangan hanya memanfaatkan anggaran untuk pemeliharaan saja. Memang jaringan listrik bawah tanah sangat mahal, tapi jika dilakukan bertahap kan bisa terwujud,” ungkap Tumiwa.
“Jangan hanya dianggarkan untuk pemeliharaan atau bersih-bersih pohon saja. Kalau pake optik bawah tanah kan lebih ringan tanpa pemeliharaan,” tambahnya lagi.
Menjawab apa yang disampaikan Tumiwa, Manager Sub Bagian Operasi Pemeliharaan Distribusi Bagian PT PLN Sulutenggo, M Jani Sigar mengakui bahwa butuh anggaran besar untuk membangun jaringan optik di bawah tanah.
“Belum lagi masalah penggalian tanah. Misalnya PLN sudah menggali untuk bangun jaringan bawah tanah, kemudian ada penggalian lagi oleh Telkom atau PAM,” kata dia.
Namun alasan anggaran, tandas Sigar menjadi alasan utama.
“Kalau ada anggarannya, pasti kami bangun,” tukasnya.
Saat ini PLN sudah memulai pembangunan jaringan optik bawah tanah di Sulut. Khususnya di kawasan bisnis.
“Di boulevard sudah mulai menanam kabel, ke bandara juga dan kantor gubernur,” tutup Sigar.
(DEASY)