Manadotempo Tomohon,
Ketidaksetiaan, dalam bentuk apa pun, telah menjadi ancaman nyata terhadap harmoni dalam hubungan, organisasi, bahkan masyarakat. Sikap tidak setia, baik kepada pasangan, teman, pekerjaan, maupun nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi, tidak hanya merusak kepercayaan tetapi juga menanamkan bibit-bibit kehancuran yang dapat meluas.
Ketidaksetiaan adalah bentuk pengkhianatan terhadap kepercayaan yang telah diberikan. Ketika seseorang memilih untuk tidak setia, ia tidak hanya merusak hubungan yang ada tetapi juga membangun citra buruk terhadap dirinya sendiri. Dalam organisasi atau komunitas, ketidaksetiaan dapat melemahkan solidaritas dan produktivitas, menciptakan ketegangan yang merugikan semua pihak.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah ketika ketidaksetiaan dibiarkan berkembang. Sikap permisif terhadap pengkhianatan, entah karena alasan kepentingan jangka pendek atau rasa takut untuk menindak, justru menjadi bahan bakar yang menyuburkan kebiasaan buruk ini. Bahkan, memberikan panggung bagi ketidaksetiaan—seperti memberi ruang untuk pembenaran atau menormalisasi perilaku tersebut—sama artinya dengan mengundang kehancuran yang lebih besar.
Kita perlu bersama-sama menyadari bahwa ketidaksetiaan tidak seharusnya mendapatkan tempat dalam hubungan atau lingkungan apa pun. Tindakan tegas harus dilakukan untuk membasminya. Hal ini tidak hanya melibatkan hukuman, tetapi juga pendidikan tentang pentingnya komitmen, kejujuran, dan integritas.
Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesetiaan, kepercayaan, dan tanggung jawab. Oleh karena itu, mari jadikan ketidaksetiaan sebagai musuh bersama yang harus dilawan, bukan dilindungi atau, lebih buruknya, diberi ruang untuk berkembang.
(Ditulis untuk menginspirasi nilai-nilai integritas dalam hubungan dan kehidupan bermasyarakat.)
(Opini).